Friday 24 November 2017

DAKWAH NABI SYUAIB عليه السلام DISAMBUT DENGAN EJEKAN

0 comments

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus sebelummu seseorang Rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahawa sesungguhnya tiada Ilah melainkan Aku (Laa ilaha IllAllah); oleh itu, beribadatlah kamu kepadaKu".(Surah Anbiya 21:25)



Kaum Madyan,  kaumnya Nabi Syu'aib عليه السلام, adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak mengenal Allah Yang Maha Esa. Mereka menyembah kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon dan tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka sudah sgt jauh dari ajaran agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi Syu'aib عليه السلام.

Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan perkhianatan dalam hubungan dagang seperti pemalsuan barang, kecurian dalam takaran dan timbangan menjadi ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para pedagang dan petani kecil selalu menjadi korban permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.

Sesuai dengan sunnah Allah sejak Adam diturunkan ke bumi bahwa dari waktu ke waktu bila manusia sudah lupakan kepada-Nya dan sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya, dan bila Iblis serta syaitan sudah menguasai sesuatu masyarakat dengan ajaran dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi penerangan serta tuntutan kepada mereka agar kembali ke jalan yang lurus dan benar, jalan iman dan tauhid yang bersih dari segala rupa syirik dan persembahan yang bathil iaitu jalan Laa ilaha illAllah.

Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul iaitu Nabi Syu'aib عليه السلام, seorang daripada mereka sendiri, sedarah dan sedaging dengan mereka. Ia mengajak mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan persembahan dan sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang tanah yang mereka puja sebagai Ilah mereka.

Nabi Syu'aib عليه السلام kepada mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh Allah serta membawa kerugian bagi sesama manusia serta mengakibat kerusakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang lemah dan miskin.

Diingatkan oleh Nabi Syu'aib عليه السلام akan nikmat Allah dan kurniaan-Nya yang telah memberi mereka tanah subur serta sarana-sarana kemakmuran yang berlimpah-limpah dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu menurut seruan Nabi Syu'aib عليه السلام, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan bersembah kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya kepada orang-orang yang beriman dan bersyukur.

Diingatkan pula Nabi Syu'aib عليه السلام bahwa mereka tidak mahu sedar dan kembali kepada jalan yang benar mengikuti ajaran dan perintah Allah yang dibawanya, nescaya Allah akan mencabut nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka, bahkan akan menurunkan azabnya atas mereka di dunia selain seksa dari azab yang menanti mereka kelak di akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.

Kepada mereka Nabi Syu'aib عليه السلام dikisahkan seksa dan azab yang diturunkan oleh Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling dekat kaum Luth yang kesemua telah menderita dan menjadi binasa akibat kekafiran, keangkuhan dan keengganan mereka mengikuti ajaran serta tuntutan nabi-nabi yang diutus Allah kepada Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib عليه السلام agar mereka beriktibar dan ingat bahwa mereka akan mengalami nasib yang telah dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka tetap melakukan persembahan yang bathil serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk dan jahat.

Dakwah dan ajakan Nabi Syu'aib عليه السلام disambut oleh mereka terutama penguasa, pembesar serta orang-orang kaya dengan ejekan dan olok-olok. Mereka berkata: "Adakah kerana solatmu, engaku memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga karena solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup sehari-hari yang nyata telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah menjadi adat istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"

Ejekan dan olok-olok mereka didengar dan diterima oleh Syu'aib عليه السلام dengan kesabran dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata kasar mereka dengan marah atau membalasnya dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan akal mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaannya dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan bagi hidup mereka di dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas jasa atas usaha dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya kembali kepada jalan Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih dari segala kemaksiatan dan adt-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya dari Allah yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.

Kaum Syu'aib عليه السلام akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat Nabi Syu'aib عليه السلام tidak henti-hentinya berdakwah jangan mensyirikkan Allah pada setiap kesempatan dan di mana saja ia menemui orang berkumpul. Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib عليه السلام dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jika mereka mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu mengikuti agama adn cara-cara hidup mereka.

Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib عليه السلام dengan nada mengejek: "Kami tidak mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di dalam hati dan kalbu kami. Engkau adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang lebih tinggi drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati, nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan kami."

Nabi Syu'aib عليه السلام menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku kepada risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kamu mengharapkan bahwa aku mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan adt-istiadatmu setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku adalah Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi tugas kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak saudaraku yang engkau lebih segani drp Allah yang Maha Berkuasa?"

Sejak berdakwah menyampaikan risalah Laa ilaha illAllah kepada kaum Madyan, Nabi Syu'aib عليه السلام berhasil menyedarkan hanya sebahagian kecil dari kaumnya, sedang bahagian yang terbesar masih tertutup hatinya bagi cahaya iman dan tauhid yang diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan tradisi, adt-istiadat dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak ajaran Nabi Syu'aib عليه السلام dan itulah benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung dari serangan Nabi Syu'aib عليه السلام atas persembahan mereka yang bathil dan adat pengaulan mereka yang mungkar dan sesat. Di samping itu jika mereka sudah merasa tidak berdaya menghadapi keterangan-keterangan Nabi Syu'aib عليه السلام yang didukung dengan dalil dan bukti yang nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah Nabi adalah tukang sihir dan ahli silap mata. Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib عليه السلام untuk membuktikan kebenaran risalahnya dengan mendatangkan bencana dari Allah yang ia sembah dan menganjurkan orang menyembah-Nya pula.

Mendengar tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka telah tertutup rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahwa tiada harapan lagi akan menarik mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat mereka dari lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi Syu'aib عليه السلام kepada Allah agak menurunkan azab seksanya kepada kaum Madyan bahwa wujud-Nya serta menentang kekuasaannya untuk menjadi ibrah dan peringatan bagi generasi-generasi yang mendatang.

Allah Yang Maha berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa Syu'aib عليه السلام, maka diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap rumah atau pohon-pohon.

Di dalam keadaan mereka yang sedang bingung, panik berlari-lari ke sana ke mari, mencari perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar kulit dan dari rasa dahaga karena keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta.

Nabi Syu'aib عليه السلام merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada mereka Laa ilaha ilAllah, menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan aku telah memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap berkeras hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran Allah yang aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai peringatanku. Karenanya tidak patutlah aku bersedih hati atas terjadinya bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.

Sumber : http://watawasaubilhaq.blogspot.my
Read full post »

Monday 20 November 2017

KAUM YANG BERIMAN DISESATKAN SAMIRI | KISAH NABI HARUN عليه السلام

0 comments


وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada ILAH (yang hak) melainkan Aku [La Ilaha illAllah], maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
[Surah Al Anbiya, 21 : 25]
Mengisahkan Nabi Harun عليه السلام tidak lepas dari kisah Nabi Musa عليه السلام, kerana beliau adalah juru bicara Nabi Musa عليه السلام ketika menghadap Firaun ataupun umat Nabi Musa عليه السلام sendiri. Kisahnya ketika Nabi Musa عليه السلام berhasil membawa umatnya keluar dari wilayah Mesir dan selamat dari kejaran Firaun yang ingin membunuh mereka.

Kini tibalah saatnya Nabi Musa عليه السلام untuk menerima wahyu dari Allah سبحانه و تعالى, beliau memerintahkan Nabi Harun عليه السلام agar menjaga umatnya, jangan sampai mereka kufur, lalu Nabi Musa عليه السلام naik ke gunung Thursina, untuk berkhalwat dan berpuasa sempat empat puluh hari.

Berbalik kepada kisah Nabi Harun عليه السلام yang ditugaskan oleh Nabi Musa عليه السلام untuk menjaga kaumnya sepeninggalan beliau naik ke Gunung Thursina. Ketika Nabi Musa عليه السلام turun dari bukit Thursina beliau terkejut, kaumnya telah tersesat. Mereka berpesta dan mensyirikkan Allah dengan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Nabi Musa عليه السلام menegur saudaranya yaitu Harun yang telah diamanahkan agar menjaga umatnya. 
Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,
[Surah Taha, 20 : 92]

(sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?"
[Surah Taha, 20 : 93]

Nabi Harun عليه السلام berkata bahawa beliau sudah memperingatkan mereka agar tidak mensyirikkan Allah dengan sembahan anak patung sapi emas serta berdakwah dengan kalimah Laa Ilaha illAllah, namun mereka tidak mempedulikannya malah Nabi Harun عليه السلام dianggap orang yang lemah.

Dan demi sesungguhnya, Nabi Harun telahpun berkata kepada mereka sebelum itu: "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diperdayakan dengan patung itu, dan sesungguhnya Robb kamu ialah Allah yang melimpah-limpah rahmatNya; oleh itu, ikutlah daku dan taatlah akan perintahku"
[Surah Taha, 20 : 90]

Mereka menjawab: "Kami tidak sekali-kali akan meninggalkan penyembahan patung ini, (bahkan) kami akan tetap menyembahnya hingga Nabi Musa kembali kepada kami".
[Surah Taha, 20 : 91]

Setelah diselidiki ternyata Samiri-lah orang yang mengajak orang – orang itu membuat patung anak sapi dan menyembahnya. Nabi Musa عليه السلام marah sekali sehingga Samiri diusir, dan tidak boleh bergaul dengan masyarakat. Disebabkan Samiri terkena kutukan, jika ia disentuh atau menyentuh manusia maka badannya akan menjadi demam panas itulah siksaan di dunia, adapun nanti di akhirat ia akan di masukkan ke dalam neraka.
Berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?"
[Surah Taha, 20 : 95]

Ia menjawab:" Aku mengetahui dan menyedari apa yang tidak diketahui oleh mereka, lalu aku mengambil segenggam dari kesan jejak Rasul itu, kemudian aku mencampakkannya; dan demikianlah aku dihasut oleh hawa nafsuku".
[Surah Taha, 20 : 96]

Nabi Musa berkata kepada Samiri: "Jika demikian, pergilah, (engkau adalah diusir dan dipulaukan), kerana sesungguhnya telah ditetapkan bagimu akan berkata dalam kehidupan dunia ini: ` Jangan sentuh daku ', dan sesungguhnya telah dijanjikan lagi untukmu satu balasan akhirat yang engkau tidak sekali-kali akan terlepas daripadanya. Dan (sekarang) lihatlah kepada ILAHmu yang engkau sekian lama menyembahnya, sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami akan menghancur dan menaburkan serbuknya di laut sehingga hilang lenyap.
[Surah Taha, 20 : 97]

"Sesungguhnya ILAH kamu hanya Allah, yang tidak ada ILAH melainkan Dia, yang meliputi pengetahuanNya akan tiap-tiap sesuatu".
[Surah Taha, 20 : 98]


Nabi Musa عليه السلام berkata kepada kaumnya

Dan (kenangkanlah) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan sebab kamu menyembah patung anak lembu itu, maka bertaubatlah kamu kepada Allah yang menjadikan kamu; iaitu bunuhlah diri kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu di sisi Allah yang menjadikan kamu, supaya Allah menerima taubat kamu itu. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani".
[Surah Al Baqarah, 2 : 54]

Kemudian Nabi Musa عليه السلام memerintahkan kaumnya yang telah mengIlahkan patung anak sapi supaya bertaubat kepada Allah سبحانه و تعالى dengan sebenar – benarnya taubat. Tujuh puluh orang di antara kaumnya yang beriman dengan Nabi Musa عليه السلام diajak ke bukit Thursina. Di ajak Nabi Musa عليه السلام untuk memohonkan ampun buat kaumnya yang berdosa.

Setibanya di atas bukit, datanglah awan tebal yang meliputi seluruh bukit, Nabi Musa عليه السلام dan kaumnya masuk ke dalam awan itu dan mereka segera bersujud. Selagi bersujud mereka mendengar percakapan Nabi Musa عليه السلام dengan Robb-Nya. Pada saat itu timbullah keinginan di benak mereka untuk melihat Allah سبحانه و تعالى.

Setelah Nabi Musa عليه السلام selesai bercakap – cakap dengan Allah سبحانه و تعالى, mereka berkata kepada Nabi Musa عليه السلام : ”Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan terang dan nyata”.

Dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kami dapat melihat Allah dengan terang (dengan mata kepala kami)". Maka kerana itu kamu disambar petir, sedang kamu semua melihatnya.
[Sural Al Baqarah, 2 : 55]

Sebagai jawapan atas kelancangan mereka itu Allah سبحانه و تعالى mengirim halilintar yang menyambar dan meragut nyawa mereka sekaligus. Nabi Musa عليه السلام sedih melihat nasib kelompok tujuh puluh itu, mereka adalah di kalangan orang yang beriman yang dikumpulkan dari kaumnya. Ia memohon kepada Allah سبحانه و تعالى agar mereka diampuni dosa-dosa mereka dan dihidupkan lagi.

Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
[Surah Al Baqarah, 2 : 56]

Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doanya, tujuh puluh orang yang sudah mati itu dihidupkan kembali, Nabi Musa عليه السلام kemudian menyuruh orang – orang itu bersumpah untuk berpegang teguh dengan kitab Taurat sebagai pedoman hidup. Melaksanakan perintah – Nya dan menjauhi larangan- Nya.

Dan (ingatlah) ketika Kami mengikat perjanjian setia dengan kamu semasa Kami angkatkan bukit Tursina itu ke atas kamu (sambil kami berfirman): "Ambilah (dan amalkanlah ajaran Kitab Taurat) yang Kami berikan kepada kamu itu dengan bersungguh-sungguh, dan dengarlah (apa yang diperintahkan kepada kamu dengan mematuhinya)". Mereka menjawab: "Kami dengar, dan kami menderhaka". Sedang kegemaran menyembah (patung) anak lembu itu telah mesra dan sebati di dalam hati mereka, dengan sebab kekufuran mereka. Katakanlah (wahai Muhammad صلى الله عليه وسلم):" Amatlah jahatnya apa yang disuruh oleh iman kamu itu kalaulah kamu orang-orang yang beriman".
[Surah Al Baqarah, 2 : 93]


Catatan Kisah Nabi Harun Alaihi Salam

Nabi Harun عليه السلام hidup selama 122 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, di daerah al Tiih, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina.

Tentang Bani Israil, mereka memang nakal, banyak permasalahan dan susah dipimpin, tapi dengan ketabahan Nabi Musa عليه السلام dan Nabi Harun عليه السلام, mereka dapat dipimpin agar mengikuti syariat Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana terkandung dalam Taurat ketika itu.

Setelah Harun dan Musa wafat dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya’ bin Nun. akan tetapi, setelah Yusya’ mati, sebahagian besar dari mereka meninggalkan ajaran Taurat.

Malah, ada kelompok mereka yang mengubah hukum di dalam kitab tersebut, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbezaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israil.

Read full post »
 

Copyright © ROJAK SAMBAL Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger